Intro!

Foto saya
Eva Sri Wahyuni, simply called Eva. 18th years old.

Kamis, 25 November 2010

news teen

News Teen :

Sudah tidak asing lagi kita mengenal dengan istilah “gaul” di kalangan remaja masa kini, istilah ini merujuk pada prilaku, penampilan, gaya hidup, selera, cara pandang, dan pola pikir anak-anak remaja sekarang dengan sesuatu yang dianggapnya modern, tidak kaku dan ortodox, mengikuti gaya hidup yang lagi “ngetren”. Tidak dapat kita pungkiri bahwa faham “gaul” remaja masa kini telah menjadi prilaku hidup yang sangat lekat di kalangan remaja, mereka lebih getol mengikuti trend-trend baru yang digulirkan dari tayangan media eletronik daripada tertinggal menjadi orang yang kampungan, udik atau katro.
Selain masanya yang merupakan masa pencarian jati diri, para remaja juga emoh disebut “cupu” di mata teman-temannya. Para remaja dapat dengan mudah untuk menjadi “orang gaul”. tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, tidak harus belajar bermalem-malem, cukup mengikuti perkembangan trend hidup dari tayangan media elektronik dan cetak plus banyak-banyakin gaul dengan teman-teman yang punya cara gaul yang oke.



Humor
6 Minggu Lagi ???
Seorang pria tua masuk ke ruangan dokter untuk memeriksa fisik tahunan. Setelah beberapa saat, dokter keluar dan berkata, "Bill, aku minta maaf, tapi kami telah menemukan bahwa Anda memiliki kondisi yang hanya memungkinkan Anda untuk hidup 6 minggu lagi."

"Tapi, Dokter," Bill menjawab, "Saya merasa sehat, aku tidak merasa lebih baik dari tahun ini.. Hal ini tidak mungkin benar. Apakah tidak ada yang bisa saya lakukan?"

Setelah beberapa saat, dokter berkata, "Nah, Anda mungkin bisa ke spa kesehatan yang baru di ujung jalan ini dan mandi lumpur setiap hari."

Bill bersemangat bertanya, "Dan itu akan menyembuhkan saya?"

"Tidak," jawab dokter, "tapi itu akan membuat Anda terbiasa dengan tanah."





Humor
Untuk teman terbaik ??
Kepada: teman baikku...
Kawan, dengan uang engkau dapat ...
Membeli tempat tidur,
tapi tidak dapat membeli "tidur nyenyak".
Membeli sebuah jam,
tapi tidak dapat membeli waktu.
Membeli sebuah buku,
tapi tidak dapat membeli pengetahuan.
Membeli posisi yang bagus dalam pekerjaan,
tapi tidak dapat membeli kehormatan.
Membeli obat-obatan,
tapi tidak dapat membeli kesehatan.
Membeli darah,
tapi tidak dapat membeli kehidupan.
Jadi uang bukanlah segalanya ....
Bahkan uang terkadang membuatmu merasa sakit dan menderita.
Aku memberitahukan hal ini kepada kalian semua, karena aku adalah temanmu, dan sebagai teman aku ingin menyingkirkan semua rasa sakit dan penderitaan yang engkau alami.
Jadi segera kirimkan semua uangmu kepadaku karena aku rela menderita untukmu.

Salam manis,
Temanmu yang terbaik.


Cerpen:
“ DUNIA KECIL MILIKU ”
Seorang gadis berambut panjang berlari terburu-buru melewati koridor di sekolahnya. Rambut hitam pekatnya yang dikuncir, bergoyang seiring ia melangkah. Vera, nama gadis tersebut. Seorang gadis SMP yang cerah, periang dan ramai. Langkah jauhnya berhenti ketika ia sampai di pintu kelasnya. Nafasnya terengah-engah. Ruang udara di sekitarnya serasa menyempit. Dengan lemah, ia membuka pintu.

Pintu kayu coklat yang hampir bobrok itu terbuka dengan suara aneh. Ya, aneh bagi orang di luar sekolah itu, namun hal yang biasa bagi mereka yang mengajar dan belajar di sana. Suara deritan pintu itu tak jauh berbeda dari suara-suara pintu yang terbuka di dalam film horor, dimana ketika sang tokoh utama membukanya, sang hantu akan muncul dari dalamnya.

Vera menghela nafas lega ketika tahu bahwa guru yang mendapat bagian mengajar di kelas gelap itu belum masuk. Kelas yang berukuran tak besar itu, dihiasi sarang laba-laba di setiap sudut langit-langitnya. Lantainya ditutupi ubin berwarna putih pucat, tak luput dari noda. Ventilasi yang berada di setiap jendela kaca pun diselimuti debu yang tebalnya melebihi 2 senti. Kayu yang membingkai jendela tersebut sudah lapuk, habis dimakan usia dan juga rayap.

Di balik wajah-wajah polos anak-anak di ruang kelas, banyak yang mereka pikirkan. Tentang cinta, sahabat, hidup yang rumit... Segalanya ada di sini. Menyelesaikan masalah bersama sudah menjadi kebiasaan sendiri, sekaligus membuat hidup lebih bermakna.

Tak seorang pun mampu melukiskan masa depan. Dari yang muda, dewasa, maupun tua. Mereka tak akan mampu menggambarkan apa yang terjadi di masa depan. Termasuk diriku, seorang gadis biasa, dengan kehidupan pas-pasan, tanpa modal untuk memastikan seberapa suksesnya aku di masa depan.

Setiap malam aku berdoa, menatap langit yang dihiasi bintang-bintang. Mengapa Tuhan memberiku hidup seperti ini?, tanyaku setiap hari, tanpa kenal lelah, tanpa kenal bosan. Aku tak bisa mengerti dengan keadaan ini semua. Di luar sana, banyak orang-orang kaya yang memiliki mobil dan rumah mewah. Setiap hari mereka bisa pergi shopping ke mall bersama teman-teman mereka, orang tua mereka, anak-anak mereka serta keluarga mereka. Sedangkan kami yang berada di desa kecil ini? Apa hal mewah yang bisa kami lakukan?

Beribu pertanyaan selalu menggangguku. Tentang apa yang bisa kulakukan saat ini. Tentang apa tanggapan Tuhan mengenai diriku. Dan tak lupa tentang keadaan ayahku yang berada di atas sana. Bagiku, kehidupan tak jauh dari siksaan, namun jauh dari kebahagiaan.

Jika di atas sana ada langit dan di bawah ada tanah, lalu, di lapisan apa aku berdiri? Apa yang kulakukan ini? Untuk apa aku melakukan semua ini? Sekolah, membantu ibu dan bermain bersama teman-teman di sungai.

Tak lupa juga, ketika aku tertidur di bawah pohon rindang pada siang hari setelah memancing. Aku kerap bermimpi tentang sebuah pelangi yang berada di hadapanku. Jika aku melangkah ke atas pelangi itu, kemana pelangi itu akan membawaku pergi? Ke tempat yang indahkah? Atau malah sebaliknya?

Segalanya telah terjawab setelah berjuang selama 10 tahun bersama sahabat dan ibuku. Dengan usahaku belajar dengan giat, aku bisa kuliah di sebuah universitas di Jakarta. Meski ibu tak memberiku uang tiap bulan, aku terus berusaha meraih uang dengan mengamen, bekerja paruh waktu di restoran terdekat, bahkan membantu seadanya di pasar. Dan dalam waktu yang tak sebentar, manager restoran tempatku bekerja menunjukku sebagai sekretaris manager.

Beberapa tahun kemudian setelah itu, aku akhirnya mendapatkan cukup modal yang kudapat dari hasil bekerja dan juga beasiswa berkat prestasiku untuk membuka sebuah perusahaan yang berakhir sukses sampai hari ini. Aku yakin sahabat-sahabatku di luar sana sama suksesnya seperti aku, bahkan lebih.

Sekian pertanyaan yang berada di pikiranku, terjawab sudah.

Namun, masih ada sebuah pertanyaan besar yang masih ada di pikiranku saat ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

foreigners

free counters

Blog Archive

 
layout made by Sheila Deasi on House Of Templates